Selasa, 16 Mei 2017

Waspada! Jangan Keseringan Minum dari Botol Plastik dan Kaleng


Jakarta - Hati-hati, jangan terlalu sering minum dari botol plastik atau kaleng. Ternyata, sebuah studi baru yang dirilis Hello Sehat, Senin (15/5), menunjukkan bahan kimia yang umum dalam wadah minuman kaleng dan botol plastik dapat meresap ke dalam minuman.

Kandungan itu dapat meningkatkan tekanan darah dalam beberapa jam. Sehingga ada kaitan antara kebiasaan minum dari kaleng atau plastik dengan hipertensi.

Penelitian ini menimbulkan kekhawatiran baru tentang kimia bisphenol A atau BPA, yang banyak ditemukan dalam botol plastik, kemasan plastik, dan lapisan kaleng makanan dan minuman. Paparan kronis BPA telah dikaitkan dengan  penyakit jantung, kanker, dan masalah kesehatan lainnya.

Namun studi terbaru ini menunjukkan bahwa bahan kimia memiliki dampak langsung dan cepat pada kesehatan jantung. Jika terjadi sesekali saja mungkin tidak terlalu berbahaya. Tapi temuan ini menunjukkan bahwa orang-orang yang minum dari beberapa kaleng atau botol plastik setiap hari, dalam jangka waktu panjang dapat terjangkit hipertensi.

Studi ini juga menunjukkan, sekitar 30 persen orang dewasa menderita hipertensi dan memiliki paparan BPA di mana-mana. Apalagi pada 17 Mei nanti, dunia memeringati Hari Hipertensi.

Penelitian ini bisa mengubah kesadaran dan kebiasaan masyarakat dari hal sederhana. Selama ini tidak ada yang benar-benar menyadari pengaruh botol minuman plastik dan kaleng sebagai salah satu penyebab hipertensi.

BPA telah digunakan sejak tahun 1960-an untuk membuat produk sehari-hari yang tak terhitung jumlahnya seperti botol plastik, wadah makanan, lensa kontak, cangkir, bahkan botol bayi. Bahan kimianya dapat larut ke dalam makanan, dan penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar orang Amerika yang telah diuji memiliki BPA dalam urin mereka.

BPA merupakan endokrin yang dapat meniru estrogen. Pada tahun 2012, the Food and Drug Administration mengatakan BPA tidak bisa lagi digunakan dalam botol bayi dan cangkir minum anak-anak. Pada tahun 2010 pemerintah Kanada bahkan secara resmi menyatakan BPA merupakan zat beracun dan dilarang untuk semua produk anak-anak.

Beberapa penelitian mengaitkan tingkat BPA tinggi pada urin dengan risiko hipertensi, jantung, dan penyakit arteri perifer. Namun penelitian ini hanya menunjukkan korelasi saja, dan tidak memberikan bukti bahwa BPA adalah penyebabnya.

Penelitian terbaru ini meneliti 60 responden yang berusia lanjut, yang sebagian besar adalah perempuan. Mayoritas responden tidak memiliki riwayat tekanan darah tinggi. Mereka kemudian ditugaskan untuk minum susu kedelai dari kaleng atau botol kaca tiga kali seminggu. Para peneliti memilih susu kedelai karena tidak memiliki sifat meningkatkan tekanan darah.

Dan tidak seperti soda, jus buah, dan minuman asam lainnya yang dapat menyerap BPA dari wadah plastik, susu kedelai dianggap cukup netral.

Ketika minum dari botol kaca, studi menemukan bahwa kadar BPA di urin mereka tetap cukup rendah. Tapi dalam waktu dua jam setelah minum dari kaleng, tingkat BPA mereka sekitar 16 kali lebih tinggi. Seiring dengan tingkat BPA yang naik, demikian pula hasil tes tekanan darah sistolik mereka yang menunjukan rata-rata sekitar lima milimeter air raksa. Secara umum, setiap kenaikan 20 milimeter tekanan darah sistolik menggandakan risiko penyakit kardiovaskular.

Oleh karena itu, disarankan untuk memilih makanan segar dan botol kaca daripada kaleng dan kemasan plastik. Karena kekhawatiran konsumen, beberapa botol dan produk makanan kemasan sekarang menulis klaim “bebas BPA” pada label mereka.

Namun, produk itu sering mengandung alternatif kimiawi serupa, seperti bisphenol S. Satu studi dalam jurnal Environmental Health Perspectives menemukan bahwa produk plastik yang diiklankan “bebas BPA” masih dapat menyerap bahan kimia lain dengan aktivitas estrogenik, yang beberapa di antaranya bahkan lebih berbahaya daripada BPA. (Fajar/JPG)

Source: fajar.co.id